Kamis, 18 Juni 2009

KEBUN RAYA EKA KARYA BEDUGUL


1. Kebun Raya Eka Karya
Jika Bogor punya Kebun Raya Bogor, Bali juga punya Kebun Raya. Namanya Kebun Raya Eka Karya, tapi masyarakat Bali lebih suka menyebutnya Kebun Raya Bedugul, karena memang letaknya di Desa Bedugul Tabanan. Letaknya sekitar 60 km dari Denpasar dan berada di jalur Denpasar - Singaraja dan berada pada ketinggian 1.250-1.450 meter di atas permukaan laut. Total luas Kebun Raya Eka Karya adalah 157 hektar dengan landscape yang sangat bersahabat. Karenanya hawa disini cenderung sejuk dan dingin, disertai kabut pada musim hujan. Dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Denpasar atau Kuta. Mendekati Bedugul jalanan agak menanjak dan berkelok-kelok. Jika hujan tiba, sebaiknaya hati-hati karena jalan menjadi berkabut dan agak licin.
Apa Yang Bisa Ditemukan Di Kebun Raya Bedugul?

Ketika sampai di kawasan Bedugul, objek wisata pertama yang bisa dikunjungi adalah Kebun Raya Eka Karya yang lebih terkenal dengan sebutan Kebun Raya Bedugul. Kebun raya ini kita jumpai pertama kali ketika masuk kawasan Bedugul, tepatnya wilayah desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Dari jalan raya Denpasar-Singaraja, kebun raya ini berada di kiri jalan dengan petunjuk besar di sebuah gapura masuk kawasan.
Kebun Raya Eka Karya memiliki dua pintu masuk. Pintu kiri khusus pengguna mobil, sedangkan di kanan untuk pengguna sepeda motor. Perbedaan pintu masuk ini dilakukan karena mobil dperbolehkan masuk sedangkan motor tidak. Sehingga jika mengendarai mobil dapat lebih menjangkau wilayah-wilayah terjauh di areal kebun raya. Namun, karena suasananya yang dingin dan menyegarkan oleh berbagai macam tanaman, jalan kaki (trekking) bisa jadi pilihan menarik.

Sebagai kebun raya, Kebun Raya Eka Karya memiliki ribuan koleksi tanaman yang mencapai 16.000 tanaman koleksi yang terdiri dari 13.584 spesimen yang terdiri atas
1.604 jenis, 753 genus dan 174 famili. Ribuan koleksi yang ditanam dengan penataan sedemikian rupa meliputi koleksi umum 919 jenis, anggrek 209 jenis, pepohonan keperluan kegiatan ritual umat Hindu 140 jenis, paku-pakuan 67 jenis, kaktus 68 jenis, poaceae 57 jenis, palem 42 jenis, aquatik 25 jenis dan nursery/obat-obatan 43 jenis.

2. Koleksi Tanaman Obat-obatan di Kebun Raya Eka Karya

Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali, secara khusus memiliki koleksi tanaman obat-obatan (usada), disamping ratusan jenis koleksi tanaman untuk konservasi. Tanaman mengandung khasiat obat-obatan dirintis sejak tahun 2005 dan kini telah memiliki ratusan koleksi. Berdasarkan pengobatan tradisional Bali yang termuat dalam naskah lontar terdapat sedikitnya 491 jenis tumbuhan berkhasiat obat, namun yang dikoleksi baru 165 jenis tanaman yang sangat baik untuk penyembuhan berbagai penyakit yang diderita umat manusia. Pengembangan tanaman obat-obatan sebagai upaya konservasi terhadap jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki potensi dalam pengobatan tradisional Bali.

Dalam pengembangbiakan koleksi tanaman obat-obatan, meliputi yang sudah dibudidayakan, yang masih liar maupun keberadaannya yang mulai terancam dan berada di ambang kepunahan. Koleksi yang mengandung khasiat obat-obatan antara lain tanaman daun sendok (Plantago major) yang berkhasiat menghentikan pendarahan. Demikian pula kayu urip atau cocor bebek (Kalanchoe Pinnata) sebagai obat bisul, luka, sakit kepala, demam dan batuk.

Kebun Raya Eka Karya juga memiliki koleksi biji kebun 311 jenis, biji umum 402 jenis, herbarium kebun 634 jenis, herbarium umum 873 jenis, herbarium lumut 60 jenis dan artefak etnobotani 79 buah. Selain itu juga masih ada tumbuhan liar dan berbagai burung yang menjadi koleksi.
Ada beberapa jalur yang bisa kita tempuh kalau berkunjung. Oleh pengurus kebun raya, jalur tersebut dibagi menjadi enam yaitu Jalur Kuning, Jalur Oranye, Jalur Ungu, Jalur Merah, Jalur Biru, dan Jalur Burung. Jalur Kuning merupakan jalur yang pertama kali kita temui setelah candi bentar sebagai gerbang utama. Kita akan melewati jalan beraspal, jalan setapak, dan sesekali jalan padang rumput. Jalur ini melingkar dan nantinya akan berakhir kembali di pintu utama tempat kita pertama kali masuk. Melewati jalur ini kita akan mennemui rimbun pohon cemara pandak (Dacrycarpus imbricatus) yang tinggi-tinggi dan menjadi inang bagi tumbuhan lain seperti paku dan anggrek, koleksi tanaman upacara seperti daun sirih, bunga melati, kayu dadap, kunyit, dan lain-lain. Kita juga akan melewati bunga bangkai, tanaman pandan, Pura Batu Meringgit, dan dua buah patung yaitu patung Rahwana Jatayu dan patung Kumbakarna Laga..

Jalur Ungu akan melintasi jalur berbagai koleksi tanaman anggrek liar di Indonesia dan koleksi kaktus. Sejumlah informasi yang mencapai 4000 jenis anggrek. Jenis-jenis anggrek tersebut antara lain anggrek kalajengking (Arachnis flos-aeris) yang berwarna coklat cerah dan diselingi warna merah muda. Ada juga anggrek tanah (Spathologlottis plicata) dan barisan anggrek dari Amerika Utara dan Selatan antara lain Epindrum Radicans. Sebagian anggrek itu berbunga sepanjang tahun dengan warna merah, jingga, ungu, dan oranye. Lebih lengkap, anggrek-anggrek itu juga berada di dua rumah kaca di jalur ini. Pada bulan Juli-Agustus, kita bahkan bisa melihat bunga anggrek hitam (Coelogyne Pandurata) yang terkenal itu.

Pada Jalur Merah kita bisa melihat bagaimana sususan rumah tradisional Bali yang unik. Rumah itu lengkap terdiri bangunan-bangunan kecil yang terpisah dalam satu kesatuan. Di jalur ini juga kita bisa melihat tanaman tradisional yang digunakan masyarakat Bali sehari-hari seperti makanan, pakaian dan serat, obat, bumbu masak, bahan bangunan, mainan, hingga bahan upacara.
Menyusuri Jalur Merah kita akan mengelilingi taman tumbuhan paku. Jalur ini menyusuri jalan berbatu sehingga seperti memberikan pijatan ketika berjalan. Otomatis, kita akan lebih segar. Adapun jenis tanaman paku di jalur ini antara lain paku suplir dengan sekitar 200 jenis, paku pohon, paku rane, paku sarang burung, dan semacamnya. Ada pula tumbuhan paku untuk industri rumah tangga dan tumbuhan paku yang sangat kuno yaitu paku belalai gajah. Tumbuhan bernama latin Angiopteris evecta ini berbatang pendek namun daunnya sangat besar.

Jalur terakhir yang bisa kita lalui adalah Jalur Burung yang dirancang sedemikian rupa agar kita bisa melihat burung-burung di habitatnya langsung. Burung yang bisa kita jumpai antara lain jenis Australia seperti burung hisap madu Australia yang berbentuk kecil dengan warna coklat suram, punggungnya coklat, dan bagian bawahnya abu-abu. Sedangkan burung jenis Asia yang bisa temukan adalah burung sriganti yang suka bergerak cepat kalau terbang dari satu pohon ke pohon lainnya. Burung lainnya seperti walet sapi, tekukur, kucica batu, bondol jawa, kepodang, dan lainnya. Di seluruh areal, burung-burung itu bisa kita nikmati sambil berjalan atau duduk-duduk di padang rumput sambil beristirahat.

3. Pengunjung Kebun Raya Eka Karya

Kebun Raya Bedugul paling banyak dikunjungi keluarga pada akhir pekan, setiap tahunnya mendapat kunjungan tidak kurang dari 400.000 orang yang sebagian besar masyarakat lokal Bali dan wisatawan dari berbagai daerah di nusantara. "Wisatawan asing yang mengunjungi kebun raya seluas 157,5 hektar itu tidak lebih dari 20.000 orang atau lima persen setiap tahunnya," kata salah satu pegawai Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul, I Nyoman Candra. Ia mengatakan, meskipun pengunjung setiap tahunnya menunjukkan peningkatan, namun jumlah itu belum sesuai harapan, yakni pendapatannya belum mampu menutup seluruh biaya operasional. Dari pengunjung tersebut diperoleh pemasukan melalui penjualan karcis sekitar Rp 2 milyar atau baru mencukupi 30 persen biaya operasional yang mencapai Rp 7 milyar per tahun. Candra menambahkan, sisanya termasuk gaji pegawai mendapat subsidi dari pemerintah pusat melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Masih perlu upaya guna lebih banyak lagi menarik minat kunjungan wisatawan asing agar prosentasenya meningkat dan mampu mendongkrak perolehan pendapatan, ujarnya.

Kebun raya terluas di Indonesia itu menggulirkan sepuluh program pokok selama empat tahun 2005-2009 dengan harapan mampu menjadikan kebun raya terbaik kelas dunia. Program tersebut antara lain meningkatkan pengelolaan, penambahan koleksi, tanaman, mengintensifkan penelitian dan pengembangan flora Indonesia. Selain itu juga memperbanyak tumbuhan langka berpotensi, pengembangan SDM, meningkatkan sarana, prasarana, kerjasama kemitraan serta pelayanan jasa dan informasi.

4. Obyek Wisata Sekitar Kebun Raya Eka Karya

a. Danau Beratan dan Pura Ulundanu Beratan

Jangan terlalu lama beristirahat, masih ada tempat lain di Bedugul yang belum dikunjungi yaitu tiga danau. Danau pertama yang bisa dikunjungi adalah Danau Beratan yang berada di kanan jalan menuju Singaraja. Jaraknya sekitar 300 meter dari Kebun Raya Bedugul. Kita bisa menikmati hanya duduk-duduk di pinggir jalan sebab danau ini berada persis di sebelah jalan. Namun jelas akan lebih baik kalau kita masuk objek wisata ini. Untuk itu kita harus membayar tiket Rp 3.300 termasuk asuransi.
Areal pertama di objek wisata ini adalah taman bermain. Di salah satu bagian terdapat tempat bermain anak-anak berupa ayunan, kursi putar, dan lain-lain. Di sebelah arena bermain ini terdapat restoran yang ketika waktu makan siang, penuh oleh pengunjung karena menyajikan makanan prasmanan. Masih di areal taman, di bagian lain terdapat sebuah Candi Budha berupa stupa setinggi sekitar lima meter yang dikelilingi empat patung Budha di bagian bawah. Hal ini menandakan bagaimana multikulturalisme itu berjalan di Bali sejak dulu. Apalagi persis di sebelah candi Budha itu terdapat Pura Ulun Danu dimana masyarakat Hindu bersembahyang ketika berkunjung ke Bedugul. Selain itu, tidak jauh dari areal Pura Ulun Danu ini terdapat masjid sehingga nuansa multikultur itu semakin terasa. Ini yang membuat Bedugul benar-benar berbeda!

Di sekeliling pura yang menjadi bagian utama, terdapat taman dengan rumput hijau. Pohon-pohon cemara membuat suasana hijau itu bertambah lengkap. Kita bisa berjalan-jalan di trotoar untuk pejalan kaki. Di bagian paling timur dari Pura Ulun Danu ini terdapat dua meru bertumpang solas dan tumpang pitu. Dua meru ini agak terpisah dari daratan sehingga menjadi objek foto yang menarik. Di sebelahnya ada rumpun bambu dimana biasa terdapat orang mancing. Untuk sewa pancing, pengunjung hanya membayar Rp 5.000 sepuasnya. Masih di danau ini, kita bisa naik boat berkeliling Danau Beratan dengan membayar Rp 25.000 sekali keliling atau sekitar 20 menit. Selain naik boat, ada pula pelukis wajah atau potret diri yang melukis wajah hanya dalam waktu 15 menit. Untuk itu kita harus membayar Rp 10.000 per lukisan.

b. Danau Buyan

Setelah di Beratan, dua danau lagi yang bisa kita kunjungi adalah Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Dua danau ini sudah masuk wilayah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Danau Buyan yang berada di kiri jalan desa Pancasari menjadi tempat terkenal untuk para pemancing karena banyaknya ikan di tempat ini. Jumlah pengunjung di tempat ini tidak sebanyak di Beratan. Namun bisa menjadi tujuan wisata kalau Anda berkunjung ke Bedugul.

c. Danau Tamblingan

Danau terakhir adalah danau Tamblingan yang berjarak sekitar 5 km dari Danau Buyan. Untuk menuju danau ini kita akan melewati jalan menanjak dengan tikungan sangat tajam. Jalan ini berada di Bukit Pangelengan dimana terdapat gua Jepang bekas Perang Dunia II dulu. Namun gua bersejarah sepanjang jalan itu tidak terlalu diperhatikan karena di tempat ini juga terdapat habitat monyet jinak. Beberapa pengunjung biasa berhenti untuk bersembahyang di pura kecil di jalan ini atau hanya sekadar menggoda monyet-monyet tersebut. Untuk menuju Danau Tamblingan, pilihlah jalan ke arah kiri ke arah Munduk dari jalan menuju Singaraja setelah melewati Bukit Pangelengan. Jalanan di sini lurus dengan beberapa kali naik turun. Jalan beraspal ini seperti persisi berada di puncak bukit sehingga kita bisa melihat dua danau di sebelah kiri dan Kota Singaraja di kejauhan di sebelah kanan.
Ketika sampai di Desa Wanagiri, pemandangan dua danau yaitu Buyan dan Tamblingan itu terlihat dalam satu pandangan terpisah oleh hutan kecil. Danau itu berada di bawah kita dengan bukit kembar sebagai latar belakang. Air danau yang tennag berkilauan tertimpa matahri sangat bagus dilihat dari tempat ini. Agar bisa menikmati dengan enak, kita bisa psan kopi di tempat ini. Sebab daerah Munduk, Banyuatis, dan Wanagiri merupakan desa penghasil kopi yang terkenal itu. kita bisa menikmatinya sambil duduk-duduk di beberapa tempat yang disediakan warga setempat untuk para pengunjung. Percayalah, ini pemandangan danau terbaik yang mungkin bisa kita temui di Bali. Puas menikmati danau dari atas bukit, kita bisa turun ke Danau Tamblingan namun harus sedikit memutar. Sebagian tamu ada yang turun langsung dengan berjalan kaki namun sangat beresiko. Kalau memutar dengan mengendarai motor atau mobil, kita masih akan mendapatkan pemandangan yang sama namun jalan lebih kecil. Sesampainya di Danau Tamblingan, kadang ada tamu yang memilih treking membelah hutan di tempat ini. Bagi siswa sekolah atau mahasiswa, tempat ini juga jadi tempat kemah yang menarik.

c. Pasar Buah Candikuning
Perjalanan kita di Bedugul akan lebih lengkap ketika kita mampir di Pasar Candikuning. Pasar ini berada di kiri jalan Denpasar-Singaraja dekat pintu masuk ke areal Kebun Raya Bedugul. Di sini kita bisa membeli berbagai buah seperti rambutan, salak, pisang, apel, dan lain-lain. Namun dari sekian buah itu, strawberi adalah buah yang paling terkenal dari Bedugul. Selain buah, kita juga bisa membeli sayur, tamanan hias, dan souvenir lain sebagai pertanda kita telah berwisata di Bedugul.

Disadur dari berbagai sumber

PARIWISATA ; Dari Berbagai Perspektif




Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Konsep dan Definisi Wisatawan
Definisi wisatawan ini ditetapkan berdasarkan rekomendasi International Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO). Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam.

Pengertian Pariwisata
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Sedangkan pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi:
1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

Kemudian pada angka 3 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.
3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni :
a. Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata);
b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya;
c. Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut: Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut pendapat dari James J.Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Menurut Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Sedangkan pengertian Kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1, bahwa Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan.

Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut: kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya.

Figur-figur lain mendefinisikan pariwisata sebagai:
1. Tourism is the business of providing things for people to do, places for them to stay etc while they are on holiday. Oxford English Dictionary. Pearson Education Limited 2000.
Terjemahan: Pariwisata adalah bisnis penyediaan berbagai kebutuhan bagi orang-orang, tempat untuk tinggal dan sebagainya selama mereka berlibur.

2. Tourism is a composite of activities, services, and industries that deliver a travel experience. ( McIntosh Robert W. 1984. Tourism: Principles, Practices, Philosophies. Grid Publishing, Inc., Columbus, Ohio ).
Terjemahan:
Pariwisata adalah gabungan dari berbagai aktivitas, jasa, dan industri demi pengalaman dalam bepergian.

3. Tourism is the sum of phenomena and relationships arising from the interaction of tourists, business, host governments, and host communities in the process of attracting and hosting these tourists and other visitors. ( McIntosh Robert W. 1984. Tourism: Principles, Practices, Philosophies. Grid Publishing, Inc., Columbus, Ohio).
Terjemahan:
Pariwisata adalah sejumlah fenomena dan hubungan yang timbul dari interaksi para wisatawan, bisnis, pemerintah daerah, dan komunitas setempat dalam proses menarik dan menjadi tuan rumah dari para wisatawan dan pengunjung lainnya.

4. Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaan yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan (E. Guyer Freuler)

5. Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah dan negara. (Herman V.Schularad)

6. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain , dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. (Oka Yoeti).

7. Pariwisata adalah Perjalanan yang yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling. (Drs. E.A.Chalik.H)

8. Tourism is the sum total of operations, mainly of an economic nature, which directly relate to the entry, stay and movement of foreigners inside and outside a certain country, city of religion. (Norval)
Terjemahan:
Pariwisata adalah jumlah total dari beberapa operasional, terutama yang bersifat ekonomi yang berhubungan langsung dengan masuk, tinggal dan perpindahan dari
beberapa orang asing di dalam dan di luar sebuah negara tertentu.

9. Tourism is totality of relationships and phenomena arising from the travel and stay of strangers, provided the stay does not imply the establishment of permanent residence and is not connected with remunerated activity. (Prof Hunziker dan Kraft).
Terjemahan:
Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan fenomena yang timbul dari perjalanan dan tinggalnya orang-orang asing, menyediakan tempat tinggal tapi tidak mengarah pada pendirian tempat tinggal secara permanen dan tidak berhubungan dengan aktivitas memberi upah/gaji.

10. Tourism is totally of relationship and phenomena arising from the travel and stay of strangers, provided the stay does not imply the establishment of permanent residence and is not connected with a remunerated activity. (Schmoll, G.A. 1997.”Tourism Promotion”, London, Tourism Pres).
Terjemahan:
Pariwisata adalah hubungan dan gejala yang menyeluruh yang muncul dari adanya perjalanan dan tinggal sementara dari orang-orang asing, dengan syarat tidak tinggal permanen dan tidak melakukan kegiatan yang menghasilkan uang.

11. Tourism is the sum of the phenomena and relationships arising from the travel and stay of non residents, in so far as they do not lead to permanent residence and are not connected with any earning activity. (Association International Experts Scientific Du Tourisme)
Terjemahan:
Pariwisata adalah gabungan dari gejala dan hubungan-hubungan yang muncul dari adanya perjalanan dan tinggal sementara dari orang-orang yang bukan penduduk setempat, sejauh mereka tidak menunjukkan keinginan untuk menetap dan sejauh mereka tidak berhubungan dengan kegiatan yang menghasilkan uang.

12. Tourism denotes the temporary short-term movement of people to destinations outside the place where they normally live and work and their activities during the stay at these destinations. (The Tourism Society Unites Kingdom).
Terjemahan:
Pariwisata ditunjukkan dengan adanya perjalanan yang singkat dan sementara dari orang-orang menuju daerah tujuan wisata di luar tempat kebiasaan mereka hidup dan bekerja dan diluar kegiatan mereka selama tinggal sementara di daerah tujuan wisata.

Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu. Demikian dikatakan Dr. James J. Spillane dalam bukunya “Pariwisata Indonesia, Sejarah dan Prospeknya”.

Hingga kini masih banyak definisi lain tentang pariwisata. Kebanyakan mencerminkan sudut pandang atau kepentingan masing-masing. Perbedaan sudut pandangan atau kepentingan itulah yang menyebabkan adanya berbagai jenis pariwisata. Spillane membagi pariwisata atas enam jenis khusus, yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan, pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk urusan usaha dagang, dan pariwisata untuk berkonvensi.
Pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan mendapatkan kedamaian.
Pariwisata untuk rekreasi dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan.
Pariwisata untuk kebudayaan ditandai serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi monumen bersejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni musik.
Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing.
Pariwisata untuk urusan usaha dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau industrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.
Pariwisata untuk berkonvensi berhubungan dengan konferensi, simposium, sidang dan seminar internasional.
Bagaimanapun juga bentuknya, pariwisata harus dapat membawa keberlanjutan secara ekonomi karena tanpa keuntungan akan sulit mempertahankan keberadaan pariwisata. Kesejahteraan harus dapat dinikmati oleh semua pihak yang terlibat dalam industri pariwisata, terutama masyarakat lokal yang merupakan ujung tombak agar tidak hanya sekedar menjadi obyek penderita, namun dapat menikmati secara langsung manfaat positif dari pariwisata sehingga nantinya akan muncul niat baik dari semua pihak untuk menjaga kelangsungan pariwisata itu.

AGROWISATA SEBAGAI PARIWISATA ALTERNATIF



“In simple terms, agritourism is the crossroads of tourism and agriculture: when the public visits farms, ranches or wineries to buy products, enjoy entertainment, participate in activities, eat a meal or spend the night” (www.farmstop.com)

Dalam istilah sederhana, agritourism didefinisakan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (www.farmstop.com)

“Agricultural tourism, or agri-tourism, is one alternative for improving the incomes and potential economic viability of small farms and rural communities” (www.sfc.ucdavis.edu)
Sementara definisi lain mengatakan, agritourism adalah sebuah alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan (www.farmstop.com)

Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (http://database.deptan.go.id)

Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005)

Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsif yang sama. Prinsif-prinsif tersebut, menurut Wood, 2000 (dalam Pitana, 2002) adalah sebagai berikut:

a) Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.

b) Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian.

c) Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.

d) Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.

e) Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.

f) Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.

g) Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi.

h) Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.

i) Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam dan budaya.

“People want an experience that's completely different from their daily lives. They want an escape from the stress of traffic jams, cell phones, office cubicles and carpooling! Parents want their children to know how food is grown or that milk actually comes from a cow (not the supermarket shelf!)” (www.farmstop.com)

Di beberapa negara, agritourism bertumbuh sangat pesat dan menjadi alternatif terbaik bagi wisatawan, hal ini disebabkan, agritourism akan membawa seseorang mendapatkan pengalaman yang benar-benar berbeda dari rutinitas kesehariannya. Mereka ingin keluar dari kejenuhan, tekanan kemacetan lalulintas, telepon selular, suasana kantor dan hiruk pikuk keramaian. Orang tua ingin anak-anak mereka dapat mengetahui dari mana sebenarnya makanan itu berasal atau mengenalkan bahwa susu itu dari seekor sapi bukan rak supermarket (www.farmstop.com)

Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk kedepan, prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (http://database.deptan.go.id) Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:

a) Agrowisata Ruang Terbuka Alami

Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.

b) Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.

Selasa, 16 Juni 2009

ECOTOURISM'S CONCEPTUAL



Ecotourism (Ekowisata) adalah sebuah bentuk pariwisata yang menarik bagi orang-orang yang sangat memperhatikan ekologi dan sosial. David Bruce Weaver mendifinisikan ekowisata sebagai berikut:

“Ecotourism is a form of nature based tourism that strives to be ecologically, socio-culturally,and economically sustainable while providing opportunities for appreciating and learning about natural environment or specific elements thereof”

Dari definisi tersebut secara garis besar ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menitikberatkan pada keberlangsungan sistem ekologi, sosial budaya dan juga ekonomi. Melalui ekowisata kegiatan wisatawan lebih ditekankan pada pengalaman dari mempelajari tentang alam beserta segala isinya, sehingga nantinya diharapkan bisa lebih menghargai alam beserta seluruh element yang termasuk didalamnya.
Ecotourism adalah tentang bagaimana mengalami dan mepelajari alam, dan dibutuhkan kepedulian, kontribusi dan usaha pelestraian pada suatu area. Ecotourism berdekatan dengan wisata budaya dan wisata petualangan. Semuanya bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pariwisata konvensional, juga menjaga serta melestarikan integritas budaya lokal.

Melalui jenis kegiatannya, ecotourism dapat dibagi ke dalam dua spectrum yaitu “hard” dan “soft.”
Mereka yang menyukai ecotourism (hard spectrum) biasanya memiliki karakter:
1. Memiliki komitmen kuat terhadap ling kungan
2. Berkesinambungan
3. Perjalanan/kunjungan ke tempat dengan tujuan mengkhusus
4. Durasi kunjungan yang lama
5. Dalam kelompok kecil
6. Berperan serta aktif
7. Tidak mengharapkan pelayanan lebih dalam kunjungannya
8. Menekankan pada pengalaman/kepuasan tersendiri

Sedangkan yang masuk dalam soft spectrum memiliki karakter cenderung menjadikan pengalaman hanya sebagai salah satu komponen multi-tujuan perjalanan. Pelancong ini mengharapkan tingkat kenyamanan dan layanan yang lebih tinggi, dan lebih mungkin untuk mengandalkan pada interpretasi dan mediasi untuk menghargai alam atraksi yang relevan, pasif, tidak terlibat secara aktif.
Pada 1990, The International Ecotourism Society (TIES) mendefinisikan ecotourism sebagai ”Perjalanan ke area alam yang bertujuan menikmati, melindungi dan melestarikan lingkungan, juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.”

Mereka juga mengemukakan prinsip-prinsip dasar ecotourism sebagai berikut:
1. Meminimalisir dampak-dampak negatif pariwisata
2. Membangun kesadaran dan rasa hormat pada lingkungan dan kebudayaan
3. Memberi pengalaman dan kesan positif baik itu bagi para wisatawan dan masyarakat local setempat
4. Menambah keuntungan financial bagi masyarakat lokal akibat dari kunjungan para wisatawan ke daerah mereka
5. Meningkatkan citra ataupun kesan positif di mata internasional terhadap suatu daerah atau obyek wisata, baik dari aspek politik, lingkungan hidup, juga sosial.

Idealnya, ecotourism harus dapat memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap keanekaragaman biologi dan kebudayaan melalui perlindungan ekosistem
2. Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk lokal
3.Berbagi keuntungan dan manfaat-manfaat positif, baik dari segi sosial maupun ekonomi dengan Komunitas lokal dengan melibatkan mereka dalam manajemen perusahaan-perusahaan mereka yang berbasis ecotourism
4. Menjaga sumber-sumber daya alam, dengan fokus utama meminimalisir dampak-dampak negatif pada lingkungan
5. Menjadikan budaya lokal, flora, ataupun fauna sebagai daya tarik utama bagi para wisatawan
6. Terjangkau dari segi biaya

Pendapat lain mengemukakan tiga elemen inti dari ecotourism. Pertama, Fokus dan atraksi utamanya adalah lingkungan alam. Seperti hutan, tumbuhan ataupun hewan. Intinya, ecotourism adalah bentuk dari pariwisata yang berbasis alam. Kedua, ecotourism menekankan pada konsep belajar, bahwa itu adalah hasil interaksi antara “Ecotourists dengan lingkungan alam.” Ketiga, konsep berkesinambungan yang harus dimiliki. Ini berangkat dari pendapat kedua yang menyatakan adanya rasa mengerti dan dan penghargaan pada alam yang berakibat pada munculnya keinginan untuk memastikan bahwa nilai-nilai luhur dari sebuah obyek atupun atraksi tidak hilang begitu saja.
Selama tiga kriteria dasar ini terpenuhi, ada yang berpendapat bahwa itu adalah ecotourism, meskipun tingkat pelayanan dan jumlah orang yang terlibat di dalamnya tergolong mass tourism. Karena tadi disebutkan bahwa ecotourism biasanya diikuti oleh hanya sedikit orang dengan tujuan ke sebuah tempat tertentu dengan tidak terlalu mengharapkan pelayanan dengan standar tinggi seperti perlakuan yang diberikan pada wisatawan pada umumnya. Ini dimungkinkan karena mereka yang mengikuti dan terlibat dalam ecotourism akan merasa lebih senang jika dapat terjun dan menangani secara langsung obyek atau atraksi yang mereka kunjungi dengan harapan untuk dapat berperan serta dalam pelestariannya.

Perubahan paradigma dari Mass Tourism menjadi Sustainable Tourism

Advocacy platform. beranggapan bahwa semakin banyak pariwisata maka semakin baik. Sebuah argumen yang berpendapat bahwa volume pengunjung yang lebih besar akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dalam aliran (seperti, misalnya, melalui entri dan pengguna biaya lainnya) yang dapat digunakan untuk lebih efektif mengelola obyek tersebut.

Sebaliknya, pada dekade 1970-an cautionary platform melihat pariwisata sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kelestarian lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan integritas tujuan.
Akhirnya muncul adaptancy platform. Pariwisata yang tadinya dalam skala besar, dikontrol secara eksternal, dengan tingkat kebocoran yang tinggi, dan terkonsentrasi dalam tingkat kepadatan yang tinggi, seharusnya menjadi skala kecil, dikontrol secara lokal, kondusif untuk pembentukan hubungan dengan sektor lain ekonomi lokal, dan kepadatan yang rendah dalam lingkungan lokal.

Ecotourism muncul dalam konteks ini sebagai bentuk wisata alternatif yang menempatkan penekanan pada alam. Bentuk pariwisata yang ramah lingkungan, dalam volume kecil yang diharapkan dapat meminimalisir kerusakan, dengan visi jangka panjang yang dapat menjaga keberlanjutannya. Dalam pariwisata berkelanjutan peranan masyarakat lokal merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan. Agar pariwisata itu bisa berkelanjutan, maka dalam pengembangannya pariwisata harus dapat memberikan keuntungan baik secara materi maupun non-materi baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal sebagai pendukung maupun pemilik wilayah tersebut.

Dalam sekala kecil dimana jumlah wisatawan tidak begitu banyak, kegiatan ekowisata bisa menjadi kegiatan wisata yang memang dapat memberikan keuntungan ekonomi meskipun tidak begitu besar bagi masyarakat lokal disamping tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan alam. Namun kembali lagi jika masyarakat lokal mulai lebih mengejar keuntungan ekonomi, tanpa adanya kontrol yang lebih kuat kegiatan ekowisata ini bisa jadi kegiatan yang memberikan dampak negatif yang sama buruknya dengan kegiatan wisata masal dan bahkan bisa menjadi lebih buruk. Ecotourism telah menjadi salah satu sektor yang paling berkembang dengan cepat, sekitar 10-15% setiap tahunnya. Jika kemudian ekowisata menarik banyak minat wisatawan dan kemudian berkembang menjadi bagian dari wisata masal, pengembangan ekowisata harus disertai dengan konrtol yang lebih kuat agar kegiatanya tidak merusak kelestarian lingkungan alam. Walau tidak dapat dipungkiri juga bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan wisata massal ini juga dapat digunakan untuk menjaga keberlangsungan pelestarian alam.

Banyak proyek ecotourism yang tidak memenuhi standar. Meskipun garis-garis panduannya telah dilaksanakan, komunitas lokal masih harus menghadapi dampak-dampak negatifnya. Berikut adalah dampak negatif ecotourism yang harus diperhatikan agar kita mendapat gambaran bahwa semua hal yang tidak mendapat kontrol secara proporsional akan berakibat negatif meskipun itu secara teoritis terdengar sangat manis.

1. Akibat-akibat langsung pada lingkungan hidup.
Walaupun para ecotourist mengklaim bahwa mereka sangat peduli pada lingkungan, jarang diantara mereka yang menyadari konsekuansi ekologi, dan bagaimana kegiatan yang mereka lakukan berpengaruh secara fisik pada lingkungan. Misalnya aktivitas mengamati kehidupan liar, hal itu dapat menakuti hewan-hewan, merusak sarang mereka, dan membuat mereka takut akan kehadiran manusia. Wisatawan yang berpetualang ke tengah hutan dan berusaha membuat rute alternatif dapat mengakibatkan kerusakan tumbuhan dan erosi.

2. Environmental hazards
Selain industrialisasi atau urbanisasi, ecotourism juga berakibat buruk pada lingkungan hidup. Salah satunya adalah perambahan wilayah yang belum terjamah. Invasi ini termasuk pembukaan lahan hutan, pengrusakan kehidupan ekologi, polusi, banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang melintasi hutan dengan alasan mencari spesies baru, merusak jalan dan rerumputan, dan berakibat serius pada spesies tanaman dan hewan. Dan beberapa kalangan yang ingin meningkatkan keuntungan dengan meningkatkan jumlah turis. Dan semakin banyak turis yang masuk, maka semakin tinggi juga tekanan pada lingkungan hidup. Banyak obyek ecotourism yang dikelola oleh investor asing. Keuntungannya lebih banyak masuk ke kantong mereka, bukannya ditanamkan kembali ke dalam ekonomi lokal atau digunakan untuk pelestarian lingkungan hidup.

3. Dispalecment of people
Banyak investor yang tidak melibatkan masyarakat lokal dengan alasan kurangnya kompetensi, sehingga mereka cenderung mendatangkan pekerja dari luar yang lebih berpendidikan. Sehingga tidak ada manfaat secara ekonomi bagi masayarakat lokal, bahkan banyak kebijakan yang diterapkan tanpa melibatkan komunikasi dan persetujuan masyarakat lokal. Dan ketika kebijakan itu terbukti salah, penduduk lokal yang disalahkan dan menanggung akibatnya.

4. Threats to indigenous cultures
Dengan alasan membangun kawasan konservasi, banyak penduduk yang harus kehilangan tanah dan tempat tinggalnya, bahkan tanpa kompensasi yang layak dari pemerintah. Dipaksa pindah ke tempat dengan kondisi tanah yang tidak sebaik dan sesubur sebalumnya, suku-suku pedalaman dijadikan obyek tontonan, diamati terus menerus dan dianggap sebagai bagian dari atraksi kehidupan liar.

5. Mismanagement
Kurangnya komitmen pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup
Penyerahan pengelolaanS itus ecotourism pada perusahaan swasta oleh pemerintah untuk mempermudah kinerja mereka sekaligus mendapat profit. Ini banyak terbukti gagal karena hanya sedikit perusahaan swasta yang benar-benar memiliki komitmen kuat dalam pelestarian lingkungan. Kebanyakan dari mereka hanya berusaha mendapat keuntungan sebesar-besarnya dengan mengikuti segala keinginan turis, tanpa mempedulikan kerusakan yang terjadi pada lingkungan.

Kamis, 04 Juni 2009

PENGELOLAAN BALI SEBAGAI WISATA PULAU DENGAN KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN




Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat megalami metamorfosis dalam berbagai aspeknya. Peningkatan kegiatan pariwisata dan ekspor nonmigas merupakan medan juang yang yang harus diperjuangkan dengan mati-matian, sudah barang tentu alasannya karena indonesia sudah tidak mungkin lagi mengandalkan minyak dan gas bumi yang sebelum tahun 1986 menjadi primadona bagi sumber dana pembangunan nasional. Untuk menoleh ke industri yang lain, kita masih sangat jauh ketinggalan dan kebanyakan negara yang sedang berkembang memiliki potensi pariwisata yang baik, yang dalam waktu singkat akan mampu meningkatkan keuangan negara jika dibanding dengan sektor-sektor industri yang lain.

Pemilihan penggalakan industri pariwisata memang sangat tepat, karena industri ini merupakan industri yang sangat kompleks, tak perlu modal yang terlalu tinggi dan akan meningkatkan pula usaha dalam bidang-bidang lai seperti perhotelan, transportasi, agen perjalanan, bank, usaha asuransi, rumah-rumah hiburan, perusahaan barang souvenir, pengemasan pertunjukan-pertunjukan wisata, serta pembangunan daerah dan sebagainya. Dengan demikian industri pariwisata pasti juga menawarkan lapangan kerja yang cukup beranekaragam.

Pulau telah menjadi salah satu destinasi wisata yang paling memiliki daya tarik bagi wisatawan. Banyak di kalangan wisatawan yang beranggapan bahwa sebuah pulau adalah tempat yang tempat untuk berelaksasi, menyingkir dari rutinitas kehidupan yang penuh sesak, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Keinginan untuk bersembunyi di sebuah tempat yang terisolasi telah menjadikan wisata pulau sebagai sesuatu yang populer dan dicari banyak orang. Iklan dan gambaran tentang sebuah pulau yang jauh dari mana-mana, matahari yang hangat, deburan ombak dan ditambah dengan segelas minuman segar di atas hamparan pasir putih menjadi sesuatu yang tertambat di pikiran setiap orang bila mendengar kata wisata pulau. Dan sebagai akibat dari pengembangan pariwisata, banyak kepulauan yang mengalami perubahan lanskap yang begitu dramatis yang merefleksikan pertumbuhan permintaan akan akmodasi, dan fasilitas wisata lainnya yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Ini menyebabkan konsentrasi atau penumpukan jumlah akomodasi dan fasilitas pariwisata lainnya dalam satu tempat, begitu juga penumpukan jumlah penduduk yang mencoba mancari rezeki ke satu daerah atau kawasan wisata.

Wisata pulau yang punya andil besar dalam membesarkan industri pariwisata juga mengalami berbagai dampak sosial dan lingkungan sebagai konsekuensi dari kegiatan pariwisata. Dan untuk mengatasi masalah ini, para perencana pariwisata sekarang berusaha mencari cara untuk menjauh dari tiga atraksi utama dalam pariwisata massal yaitu “sun, sea and sand” menuju aktivitas berlibur maupun perjalanan bisnis yang memiliki karakter belanja yang lebih tinggi. Segmen yang seperti ini memiliki kebiasaan untuk bepergian tidak hanya di saat musim-musim liburan saja, jadi hal ini akan dapat menunjang keberlanjutan pariwisata di suatu kawasan.

Pulau Dewata selama ini dikenal sebagai surganya dunia. Bahkan, tak hanya orang Indonesia saja yang mengakui pulau itu sebagai pulau wisata paling indah. Wisatawan dunia bahkan menobatkan Pulau Bali sebagai pulau wisata terbaik dunia. Hebatnya, predikat ini tak hanya sekali disandang pulau kecil di timur Pulau Jawa itu. pada tahun 2007 Bali menerima tiga jenis penghargaan serupa dari dua majalah besar di Asia dan satu lagi dari sebuah majalah terkemuka di Amerika Serikat. Sedangkan tahun 2006 tercatat 4,7 juta pembaca majalah TIME yang terbit di Amerika Serikat menetapkan pilihannya, Bali sebagai pulau wisata terbaik di dunia. Demikian pula Travel +Leisure di Amerika Serikat. Majalah tersebut juga pernah menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di belahan dunia yang layak dikunjungi masyarakat internasional.

Pariwisata yang menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat secara politik, keamanan, sosial dan sebagainya telah menyatu dalam keseharian masyarakat Bali yang memang sangat mengandalkan pariwisata sebagai motor penggerak perekonomiannya. Berbagai upaya telah ditempuh dalam rangka menjaga keutuhan Bali sebagai primadona destinasi wisata dunia di tengah krisis global yang melanda dunia dan berbagai musibah dan insiden kemanusiaan pernah melanda. Namun bagaimanakah sebaiknya pengelolaan Bali sebagai destinasi wisata pulau yang seharusnya dilakukan dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan?

Konsep Perkembangan Yang Berkelanjutan

Berbagai argumen dan perdebatan tentang pariwisata berkelanjutan telah banyak bermunculan sejak ide ini dikemukakan untuk pertamakalinya. Pariwisata berkelanjutan juga banyak ditulis dalam berbagai literatur, namun masih banyak kelemahan yang masih perlu diperbaiki. Setidaknya ada enam hal yang perlu mendapat perhatian dalam setiap riset mengenai pariwisata berkelanjutan yaitu:

1. Aturan mengenai permintaan pariwisata

2. Sumber-sumber alam pariwisata

3. Hak secara umum

4. Aturan periwisata dalam hal promosi kemajuan sosial budaya

5. Pengukuran yang berkelanjutan

6. Bentuk-bentuk perkembangan yang berkelanjutan

Konsep pengembangan yang berkelanjutan dimulai dan mulai berkembang pada awal tahun 1970. Ide dari pengembangan yang berkelanjutan pertama kali dipublikasikan oleh “International Union For The Conversation Nature and Natural Resources” (IUCN,1980) dalam “strategi perlindungan dunia”. Pada tahun 1987, The Brundtland Commission Report mendefinisikan pengembangan yang berkelanjutan sebagai perkembangan yang sesuai dengan kebutuhan masa sekarang tanpa mengesampingkan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pengembangan yang berkelanjutan bukanlah suatu keadaan yang tetap, tapi sebuah proses perubahan yang dinamis dalam sebuah harmoni sambil meningkatkan potensi saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.

Perkembangan pariwisata berkelanjutan memerlukan perkembangan pariwisata dan daerah asal yang memerlukan perlindungan dan kesempatan di kemudian hari. Berkelanjutan memiliki pandangan yang luas dalam perubahan sosial yang akan mengarah pada pengembangan pariwisata berkelanjutan. Tak satupun negara di dunia yang ingin kembali ke masa lalu, kembali ke zaman primitif yang jauh dari perkembangan dunia. Semua budaya pasti mengalami perubahan demikian juga yang terjadi di Bali, dan Indonesia pada umumnya. Harus disadari bahwa Bali juga merupakan bagian dari dunia yang sekarang yang juga ingin berbagi keuntungan dan bernegosiasi untuk mengurangi element negatif yang menyertai perubahan.

Pariwisata berkelanjutan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Economic Prosperity/Kesejahteraan Sosial

§ Bisnis pariwisata jangka panjang

§ Kesempatan kerja yang berkualitas, kondisi dan pembayaran yang adil bagi seluruh pekerja

2. Kesetaraan Sosial

  • Pariwisata yang dapat meningkatkan kualitas hidup komunitas lokal
  • Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan manajemen pariwisata
  • Aman, memuaskan dan dapat memenuhi harapan pengunjung

3. Perlindungan Lingkungan dan Kebudayaan

  • Pengurangan polusi lingkungan lokal maupun global
  • Pariwisata yang dapat menjaga dan memperkuat keanekaragaman hayati
  • Pariwisata yang dapat memperkaya keragaman dan keunikan budaya kita

Tantangan-Tantangan Kunci Dalam Pariwisata Berkelanjutan

Berbagai faktor kunci yang sangat berpengaruh dalam upaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan diantaranya adalah:

1. Meminimalisir limbah penggunaan sumber daya

Pariwisata sebagai salah satu industri terbesar menggunakan sumber daya dalam jumlah yang besar pula dalam operasionalnya. Sumber daya air, listrik, bahan bakar dan semuanya itu menghasilkan limbah yang jumlahnya tidak sedikit. Efisiensi energi mutlak dibutuhkan demi keberlanjutan kehidupan dan pariwisata itu sendiri karena sumber daya primer tidak dapat diperbaharui melainkan terus berkurang. Pengelolaan limbah dengan konsep ramah lingkungan diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam. Pengelolaan yang tidak profesional justru akan mematikan pariwisata.

2. Menjaga alam dan warisan budaya kita

Alam dan warisan budaya adalah aset utama Bali sebagai daerah tujuan utama. Dua hal inilah yang menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata terbaik dunia, sehingga harus dilestarikan dan dijaga keberadaannya.

3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pariwisata

Masyarakat sebagai salah satu komponen pariwisata juga harus dilibatkan dan mendapatkan keuntungan dari pariwisata. Jangan sampai keuntungannya hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, tanpa dapat dinikmati oleh masyarakat, terutama masyarakat lokal dimana kegiatan pariwisata itu berlangsung.

4. Meningkatkan kualitas pekerjaan dalam lingkup pariwisata

Selama ini, mereka yang menduduki pos-pos penting dalam berbagai institusi dan perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata hanya dipegang oleh orang-orang luar (asing). Sedangkan orang-orang kita yang berhasil menduduki posisi penting masih sangat sedikit. Diharapkan posisi dan kedudukan yang lebih penting dapat diraih agar tidak hanya didominasi orang luar.

5. Mengurangi permintaan (demand) musiman/pada periode tertentu saja

Jumlah dari perjalanan wisata pada periode tertentu dalam satu tahun membawa dampak yang kuat dalam keberlanjutan pariwisata. Permintaan yang datang secara musiman pada periode tertentu saja akan menyulitkan untuk merencanakan dan mengatur penggunaan fasilitas wisata secara efisien. Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar dalam satu waktu akan memberi tekanan yang kuat pada daya dukung suatu daerah tujuan wisata. Dengan menstimulasi permintaan pada periode-periode yang agak sepi dalam satu tahun (off-season), mengurusi kapasitas tambahan, akan mampu menambah revenue dalam pariwisata dan di saat yang bersamaan mengurangi beban dan tekanan pada lingkungan dan masyarakat.

Langkah-Langkah Penanganannya

1. Meminimalisir Limbah Sumber Daya

a. Mengurangi konsumsi energi dan mendorong penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui dan teknologi yang telah ditingkatkan

b. Mempromosikan dan memfasilitasi pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang material

c. Menjaga kualitas air, dengan memfungsikan saluran air air dengan benar, mencegah pembuangan limbah ke sungai dan laut.

2. Menjaga Alam Dan Warisan Sumber Daya Kita

  1. Memperkuat hubungan antara area yang dilindungi, keanekaragaman hayati, dan obyek-obyek wisata lokal

b. Manajemen pengunjung, informasi, interpretasi dan monotoring

  1. Meningkatkan kontribusi pada konservasi dan manajemen dari pengunjung dan bisnis pariwisata
  2. Produk dan pelayanan yang berkualitas

3. Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Melalui Pariwisata

  1. Memaksimalkan proporsi pendapatan yang dikelola secara lokal, beserta keuntungan-keuntungan lainnya pada masyarakat lokal
  2. Memperkuat jaringan penyediaan lokal dan mempromosikan produk-produk, pernak-pernik dan toko-toko lokal pada wisatawan

4. Meningkatkan Kualitas Pekerjaan Dalam Lingkup Pariwisata

  1. Pertukaran dan peningkatan keahlian melalui pelatihan pariwisata dan manajemen sumber daya manusia
  2. Integrasi permasalahan mengenai pariwisata berkelanjutan ke dalam pendidikan dan pelatihan pariwisata

c. Mempromosikan pariwisata sebagai pilihan karir

5. Mengurangi Permintaan Musiman/Pada Musim Tertentu Saja

  1. Mengatur pemilihan pasar yang dibidik pada pasar yang non-seasonal. Seperti segmen pasar bisnis atau non-famili, yang tidak harus berkunjung pada saat-saat liburan saja.
  2. Pengembangan produk yang inovatif, disertai dengan packaging, event dan promosi pada off-season.

c. Promosi harga dan insentif.

  1. Kerjasama antara penyedia layanan dan operator, terutama dalam hal pemasaran dan promosi.

Pariwisata akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Adalah tugas kita untuk meminimalisir akibat-akibat buruk sembari menjaga keberlangsungannya. Hal-hal yang dapat kita lakukan diantaranya adalah:

a. Membatasi pertumbuhannya agar dapat lebih dikendalikan

  1. Lebih banyak melakukan tindakan nyata, bukan hanya teori dan seminar yang hanya sebatas wacana. Karena sebagus apapun pemikiran kita, tidak akan berguna jika tidak diimplementasikan secara nyata
  2. Harus ada niat dan kerjasama yang baik antar semua komponen dalam mewujudkan cita-cita bersama

d. Merubah cara berpikir agar tidak lagi mencari keuntungan besar dalam sekejap dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Yang terpenting adalah berkesinambungan dan bertahan dalam jangka panjang, bukan keuntungan yang sesaat.

Kesimpulan

Pariwisata adalah kegiatan yang melibatkan banyak kalangan dari berbagai disiplin ilmu dalam pelaksanaan dan pengelolaannya. Untuk itu, juga diperlukan komitmen yang menyeluruh, holistik dari berbagai pihak untuk tetap mendukung dan menjaga kelangsungannya demi kebaikan bersama. Pengelolaan yang baik akan berujung pada keberhasilan, sedangkan pengelolaan yang buruk tanpa disertai kerjasama dan niat baik akan berakhir buruk. Bali telah menjadi primadona pariwisata dunia, dan tidak sedikit diantara wisatawan mancanegara yang mempunyai rasa memiliki Bali. mereka tidak segan-segan melaksanakan kegiatan yang nyata, yang benar-benar diperlukan dalam upaya penyelamatan Bali, sementara diantara pemerintah maupun masyarakat Bali sendiri adalah sangat jarang dapat menemukan hal seperti itu.

Saran-Saran

1. Pariwisata sebagai industri yang sangat menjanjikan, dapat membuka peluang usaha bagi banyak kalangan, dapat menggerakkan sektor lain dan hal itu akan mengundang banyak orang untuk terlibat dan tertarik untuk masuk di dalamnya. Jumlah yang tak terkendali akan sangat merugikan. Sehingga adalah sangat perlu untuk membatasi pertumbuhannya, sehingga dampak buruk yang ditimbulkan dapat diatasi dengan lebih mudah. Daya dukung Bali yang kecil harus diperhatikan. Jangan sampai Bali kelebihan beban dan akan membawa kerugian, baik dari segi fisik maupun non fisik.

2. Yang terpenting adalah memaksimalkan rata-rata jumlah belanja tamu, bukan kuantitas jumlah tamu. Pemilihan target pasar yang berkualitas, mengutamakan kualitas daripada kuantitas akan sangat membantu keberlangsungan pariwisata Bali.

3. Lebih banyak melakukan tindakan nyata, bukan hanya teori dan seminar yang hanya sebatas wacana. Karena sebagus apapun pemikiran kita, tidak akan berguna jika tidak diimplementasikan secara nyata

4. Harus ada niat dan kerjasama yang baik antar semua komponen dalam mewujudkan cita-cita bersama

5. Merubah cara berpikir agar tidak lagi mencari keuntungan besar dalam sekejap dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Yang terpenting adalah berkesinambungan dan bertahan dalam jangka panjang, bukan keuntungan yang sesaat.


REFERENSI

Lockhart, Douglas G., 1997: ISLAND TOURISM Trends and Prospects, Pinter, London and New York.